"Dari mana anda?" tanya Abu Sulaiman.
"Saya dari Iraq", jawabnya.
"Bolehkah saya pergi bersama rombongan tuan?"
"Boleh".
Maka pemuda itu pun bergabung dengan Abu Sulaiman yang sama-sama ingin menuju ke Makkah. Sepanjang perjalanan pemuda tersebut sentiasa membaca Al-Quran dan bila berhenti istirehat pula terus mengerjakan solat. Pada waktu siang dia berpuasa dan waktu malam diisinya dengan solat,zikir dan munajat kepada Allah.
Di kala orang lain sedang rehat atau tidur dia terus beribadah tidak henti-henti. Begitulah kebiasaan pemuda itu yang dikerjakannya sampai ke Makkah. Dia Kelihatan tidak letih atau malas bahkan dari hari ke hari semakin rajin dan giat sehingga orang yang melihatnya merasa kagum.
Setelah beberapa hari berjalan sampailah Abu Sulaiman ke tanah suci Makkah dan masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Begitu juga dengan pemuda salih itu akan berpisah dengan Abu Sulaiman. Namun sebelum berpisah, Abu Sulaiman sempat bertanya kepadanya mengenai kerajinannya.
"Wahai anakku, aku lihat engkau begitu giat melakukan ibadah tidak kenal letih. Apakah yang mendorong engkau berbuat demikian?" tanya Abu Sulaiman.
"Wahai Abu Sulaiman jangan mencaci aku dalam perkara ini. Sesungguhnya aku telah bermimpi di dalam tidurku aku melihat bangunan-bangunan syurga yang diperbuat dari batu-bata emas dan perak. Aku lihat pula di dalam istana iru bidadari-bidadari yang sangat cantik, tidak pernah aku lihat wajah secantik itu sebelumnya. Salah seorang di antara mereka tersenyum kepadaku dan berkata : "Wahai pemuda ! Bersungguh-sungguhlah engkau kerana Allah telah meminangku. Aku berharap agar aku akan menjadi milikmu dan engkau menjadi milikku." Setelah itu aku pun terjaga.
Demikianlah si pemuda menceritakan mimpinya yang sangat menarik, dan mimpi itu pulalah yang membuatnya begitu bersungguh-sungguh, tidak kenal letih dalam beribadat kepada Allah. Kerana barang siapa yang bersungguh-sungguh dia akan dapat.
Setelah mendengar kisah tersebut, Abu Sulaiman menjadi tertarik dan memintanya agar mendoakan untuk dirinya. Kemudian dia pun pergi.
Abu Sulaiman mencaci dirinya. Jika orang yang mencari bidadari bertungkus lumus demikian rupa menghabiskan masa dan tenaga untuk memperolehi yang dikehendakinya, bagaimana lagi orang yang ingin MENCARI TUHAN KEPADA BIDADARI TERSEBUT?.
P/S : adakah kita siap untuk mencari Allah?